Powered By Blogger

Jumat, 22 Februari 2013

Kisah Yahya Waloni Seorang Teolog sekaligus sebagai Pendeta yang masuk Islam

Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam. Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika. Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya. Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid. "Saya hanya berani ke masjid satu kali saja karena ketahuan dan dipukul sampai babak belur oleh bapak saya. Kalau nekad ke masjid lagi, saya takut bapak saya yang seorang tentara akan menggantung saya," ujar pria yang memiliki hobi bermain gendang ini. Namun, sambung pria yang pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004 ini, dari sekian kejadian yang mendorongnya untuk memeluk Islam adalah pengalaman spiritual yang dialaminya. "Suatu hari, saya bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lama kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli," ia memulai kisahnya. Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut dengan waktu pertemuan yang sama yaitu pukul 09.45 Wita. "Kepada saya, si penjual ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Dia baik sekali dengan saya," ujar bapak dari Silvana (8 tahun, kini bernama Nur Hidayah), Sarah (7 tahun, menjadi Siti Sarah), dan Zakaria (4 tahun) ini. Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, kata Yahya, dirinya berdialog panjang soal Islam. Anehnya, kata dia, si penjual ikan yang mengaku tidak lulus sekolah dasar (SD) itu sangat mahir dalam menceritakan soal Islam. Ia makin tertarik pada Islam. Namun, sejak saat itu, ia tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana, salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli). "Saat saya datangi kampungnya, tidak ada satupun warganya yang menjual ikan dengan bersepeda," tambahnya. Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana tetap ngotot untuk tidak memeluk Islam. Karena dipengaruhi oleh pendeta dan saudara-saudaranya. "Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. Jadi, kita memutuskan untuk bercerai," katanya. Namun, sambung dia, tidak lama setelah itu, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara, dia di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih itu. "Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar," kata Yahya. Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api panas. "Setelah sadar, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak ada perubahan. Tetap saja begitu," ujarnya. Setelah diceritakan ke istrinya, kata dia, istrinya semakin tidak percaya dan ingin bercerai dengan Yahya. Namun, beberapa jam kemudian, istrinya menangis karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan. Akhirnya istri saya yang mengajak segera masuk Islam," katanya. Akhirnya, kata Yahya, bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah, Yahya dan istrinya mengucapkan dua kalimat syahadat. "Kekuatan saya, sekarang hanya shalat tahajud malam dan Dhuha pukul 08.00," ujar mantan Rektor yang UKI Papua ini. SEBAGIAN KISAH BUKU "KEBENARAN ISLAM MENURUT MANTAN PENDETA" Konsep ketuhanan Kristen ”Benarkah Kristen ini adalah kelanjutan dari agama Yahudi?” Kalau ditilik dari sejarah peristiwa pen-Tuhan-an Yesus, maka pikiran kita pasti akan kembali pada peristiwa penyaliban yang dilakukan oleh Romawi kala itu. Ketika muncul pertanyaan itu, jawabnya harusnya sederhana, ya .. atau tidak. Jika Iya, bukankah seharusnya orang Arab dan Bani Israel memeluk Kristen? Peristiwa tentang penyaliban Yesus ini terjadi di daerah Timur Tengah. Bahkan dijelaskan di dalam alkitab, peristiwa penyaliban tersebut sangatlah menggetarkan hati siapa saja yang melihat dan merasakannya. Dalam alkitab dikatakan bahwa ketika Yesus disalib maka tanah terbelah, gempa bumi, dan orang-orang mati bangkit (Lukas 23 : 44-49). Logikanya sederhana, sekeras hati siapapun ketika sudah melihat dan merasakan peristiwa ini pasti akan beriman. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem di negeri Yahudi. Jadi, seharusnya imannya orang Yahudi dan orang Kristen dewasa ini pasti akan sama. Namun pada faktanya, Kristen menuhankan Yesus dan Yahudi meng-Allahkan Yahwe, bukan Yesus. Jika memang benar kata alkitab, bahwa dunia dan seisinya diciptakan oleh Tuhan hanya dengar firman-Nya, apakah kemudian Tuhan kehilangan kekuatannya sehingga untuk menyelamatkan manusia saja Dia harus turun ke bumi, disalib, dan mati terlebih dahulu untuk menyelamatkan manusia? Inti dari ajaran Kristen adalah ”penyelamatan” yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada umat manusia. Sehingga premis ”Yesus mati dahulu, barulah tiba penyelamatan kepada semua manusia” adalah harga mati bagi keimanan Kristen (Korintus 5:15, Roma 10:9, dsb; lihat Hal 34). Jika peristiwa penyaliban Yesus sebagai akar keimanan Kristen terbantahkan, maka gugurlah batang dan daun keimanan Kristen dan agama Kristen dewasa ini. Inti dari keimanan Kristen adalah ”percaya saja!” maka akan selamat. Yesus adalah juru selamat bagi dunia (Yohanes 3:16, Yohanes 14:6, Markus 16:16, dsb). Yang terjadi adalah dogmatika atas nama Agama. Logika tertutup dan akal-budi manusia ditekan. Karena, begitu mudahnya menemukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat injil lainnya jika dogma telah terdobrak dan logika terbuka. Jika ditilik lebih dalam, ayat-ayat tentang pen-Tuhan-an Yesus dan seputar penyaliban Yesus ini berasal dari Paulus (yang dianggap sebagai Rasul Kristen). Bahkan 99% ayat tentang pen-Tuhan-an Yesus berasal dari Paulus. Siapakah Paulus? Siapakah Paulus? Boleh dibilang Paulus adalah tokoh paling terkenal dalam dunia Kristen. Bahkan konon Michael Hart, pengarang buku 100 orang paling berpengaruh di dunia, cukup ragu-ragu untuk meletakkan Paulus di bawah Yesus, mengingat begitu berpengaruhnya ajaran Paulus dibanding Yesus. Aneh bukan? Semua orang penganut Kristen pasti mengenal Paulus. Karena dalam ajaran Kristen, Paulus adalah rasul yang cerdas, pintar, sabar, dan tegas. Yang entah bagaimana, tiba-tiba dia berubah menjadi seorang yang baik hati setelah sebelumnya dia dikenal sebagai pembunuh dan penjahat. Injil mengatakan bahwa Paulus awalnya adalah penganut Taurat yang fanatik. ”Tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (FILIPI 3 : 6). Namun di samping itu, sejak muda Paulus sangat mengagumi budaya Yunani (helenisme) terutama pelajaran filsafatnya. Sehingga dalam dirinya muncul dua pengaruh yang sangat kuat ini, penganut taurat dan pengaruh filsafat helenisme. Paulus sediri bukan orang Yerusalem dan bukan orang Nazareth, sehingga hal ini membuktikan bahwa sejak muda Paulus tidak pernah berhubungan secara langsung dengan Isa A.S. Dia bukanlah murid nabi ’Isa dan bukan pula pengikutnya baik di Yerusalem dan di Nazareth. Dengan demikian, wajar jika terjadi perbedaan yang sangat kontradiktif antara ajaran Paulus dan ’Isa AS. Salah satunya tentang dosa warisan. ’Isa tidak pernah membicarakan sama sekali tentang dosa warisan, sebaliknya ini adalah ajaran Paulus. ”Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut. Demikianlan maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semu orang telah berdosa” (ROMA 5 : 12). Contoh lain adalah tentang konsep pengampunan. ’Isa mengajarkan pengampunan dari Tuhan bagi orang yang bertobat melalui ucapan, sikap, dan perbuatan. Sedangkan Paulus mengajarkan pengampunan Tuhan atas dosa-dosa manusia semata-mata karena pengorbanan atau penyaliban Yesus Kristus di kayu salib. Dsb. Jika demikian, jika Paulus tidak pernah menjadi murid Yesus, jika predikat ”Rasul” adalah sesuatu yang tak pantas bagi Paulus, apakah tidak ada satu orang pun yang mempertanyakan? Ternyata tidak. Injil pun memuat peristiwa ini ketika orang-orang Korintus menanyakan perihal ini kepadanya sehingga membuat Paulus semakin terdesak. Dalam Korintus 9 : 1 – 3 dikatakan : 1. ”Bukankah aku Rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku di dalam Tuhan?” 2. ”Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah Rasul, tetapi bagi kamu aku adalah Rasul, sebab hidupmu dalam Tuhan adalah materai dari kerasulanku” 3. ”Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengkritik aku”. ”Bukankah aku Rasul? .... ” dari ayat ini saja kita sudah tahu bahwa Paulus bukanlah seorang Rasul. Jika dia benar-benar Rasul, maka kalimat ini seharusnya tidak boleh terucap dari mulutnya, sebab secara psikologis dan filosofis makna kalimat ini menunjukkan kesombongan sekaligus perasaan khawatir bahwa rahasianya sebagai Rasul palsu akan terbongkar. Dari 27 kitab perjanjian baru Kristen, 14 kitab di antaranya adalah surat Paulus. Rasul palsu itu. Sementara itu, seluruh kitab dalam perjanjian baru, adalah karangan. Ada karangan Markus, Matius, Lukas, Yohanes, dll. Jadi, setelah semua penjelasan di atas, menurut kita bagaimana kebenaran kitab Injil sekarang? Tentu tidak logis, dan maksa banget kalau ada yang mengatakan Injil berasal dari Tuhan. Konsep Trinitas, dari siapa? Sesungguhnya konsep Trinitas bukanlah konsep yang diajarkan oleh Yesus / ’Isa AS. Konsep ’Isa adalah tauhid (pengesaan). Adapun konsep trinitas ada dan diperkenalkan oleh Paulus. Perdebatan antara pendukung tauhid / unitarianisme dengan pendukung trinitas tidak kunjung henti. Bahkan diwarnai dengan pertumpahan darah pada abad I sampai abad ke IV. Sehingga sejarah mencatat, pada tahun 325 Masehi, Kaisar Romawi Konstantin mengundang para pendeta dari berbagai penjuru untuk berkumpul di Nicea (Italia) dalam sebuah kongres. Kongres ini bertujuan untuk menentukan ajaran mana yang akan dipegang dan dipertahankan. Apakah tauhid atau trinitas. Setelah lama bersidang, di antara 2.048 pendeta yang hadir, 318 pendeta sepakat menerima ajaran Paulus (trinitas) dan 1.730 lainnya tetap berpegang pada ajaran Tauhid ’Isa. Dengan demikian, seharusnya tauhid-lah ajaran yang diakui dan dipegang. Namun karena Konstantin sendiri adalah penganut paganisme, maka tak heran, meskipun harus bertentangan dengan keputusan kongres, Konstantin men-dekrit-kan ke seluruh dunia Kristen bahwa trinitas-lah yang harus dipegang. Inilah tragedi dalam kepercayaan Nasrani yang amat menyedihkan. Sejak keputusan itu, tokoh-tokoh Kristen yang masih mempertahankan ajaran unitarian ditangkap, disiksa, dibunuh karena dianggap golongan sesat. Ketika Rasulullah datang dan menyatakan diri sebagai utusan Allah, yang meneruskan misi Nabi Musa dan ’Isa, mereka memeluk Islam secara massal. Di antaranya adalah raja Habasyah/Ethiopia dan rakyatnya. Dalam masa pasca kongres Nicea itu pula, ditetapkan : 1. Hari kelahiran Dewa Matahari dijadikan hari sabat Kristen, yaitu hari Minggu. 2. Tanggal kelahiran anak Dewa Matahari, 25 Desember, dijadikan hari kelahiran Yesus. 3. Lambang Dewa Matahari, silang cahaya (salib), menjadi lambang Kristen. Padahal aslinya, tidak ada yang tahu pasti kapan Yesus lahir. Demikianlah, aqidah Kristen ini dibangun. Atas dasar imajinasi dan doktrin yang terus menerus dihembuskan kepada para pengikutnya. Karena tanpa itu, akan mudah sekali meragukan kebenaran ajaran Kristen lalu keluar dari Kristen, mengingat sejarah lahirnya Kristen yang suram, sesuram masa depannya. Allah SWT, berfirman : ”Sesungguhnya kamu akan menjumpai orang-orang yang paling memusuhi orang-orang yang beriman, yaitu Yahudi dan orang-orang musyrik (trinitianisme, paganisme, dan serupanya). Dan sesungguhnya kamu akan menjumpai orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman yaitu orang yang berkata : ”Kami adalah orang-orang Nasrani”. Yang demikian itu, disebabkan di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab mereka sendiri) seraya berkata : ”Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad)”.” (Q.S Al-Maidah : 82-83) Demikian resume sederhana terhadap buku yang luar biasa ini. Masih banyak ilmu yang terkandung dalam buku tersebut jika kita membacanya sendiri dengan penuh perhatian. Semoga buku ini menjadi amal sholeh bagi penulisnya, dan penambah timbangan amal baik bagi penulis dan pembacanya. Semoga dengan ini akan membuka cakrawala berpikir bagi orang-orang yang mau berpikir tentang kebenaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar